Rektor Universitas Airlangga (Unair), Mohammad Nasih mengatakan aksesbilitas dan mutu perguruan tinggi di Indonesia masih perlu ditingkatkan.

Menurutnya, Indonesia mempunyai jumlah perguruan tinggi yang sangat banyak, melainkan sebagian besar berlokasi di Jawa sehingga memberikan problem jalan masuk bagi masyarakat.

“Yang pertama ialah aksesbilitas sebab jalan slot qris masuk Perguruan tinggi kita hanya di angka 31-35 persen. Masih ada 65 persen tamatan SLTA yang tak melanjutkan ke perguruan tinggi,” kata Nasih dalam forum pembicaraan bertajuk ‘Gagasan Unair Menuju Indonesia Maju 2024’ di Hotel JS Luwansa, Jakarta pada Selasa (14/5/2024).

Nasih mengatakan bahwa lemahnya aksesbilitas hal yang demikian terlihat dari sedikitnya tamatan SMA/sederajat yang melanjutkan pengajaran ke perguruan tinggi.

“Lama belajar kita hanya di angka 8 sekian tahun, artinya SMP saja tak lulus. Kalau diperhatikan dari rata rata lama sekolah,” kata Naseh.

Dia bahkan menyimpulkan bahwa akar dari problem hal yang demikian ialah kurangnya investasi atau anggaran pada bidang pengajaran.

“Investasi di bidang pengajaran tinggi kita masih di angka 9,4 juta per mahasiswa. Angka yang sangat kecil apabila dibandingkan dengan, jangan Singapura, melainkan Malaysia dan Vietnam,” ungkapnya.

Untuk itu, Nasih mendukung investasi negara di Bidang pengajaran semestinya segera ditingkatkan, agar pada tahun 2034 Indonesia bisa mempunyai skor investasi 34 juta per mahasiswa.

“Kita mendukung insya allah seluruh nanti akan bisa teratasi dengan bagus, apabila investasi di bidang pengajaran kita bisa dinaikkan, paling tak 2034 nanti bisa 34 juta per mahasiswa,” sambungnya.

Kunci Kemajuan Bangsa
Di sisi lain, Nasih menekankan, fondasi dari sebuah kemajuan bangsa ialah adanya masyarakat yang well-educated, well-trained, produktivitasnya tinggi, angka pengangguran dan kemiskinan menurun. Berdasarkan ia, itu kuncinya ada pada pengajaran.

“Dengan pengajaran yang bagus maka kemajuan dan kesejahteraan itu akan dirasakan oleh bersama,” kata ia.

Nasih mengatakan, apabila pemerintah hanya berpusat pada investasi, maka hasil dari investasi itu hanya akan dirasakan oleh investor, melainkan apabila investasi nya dalam bidang pengajaran maka hasil investasi itu akan dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Oleh sebab itu, percepatan di bidang pengembangan SDM ini itu menjadi kunci yang semestinya menjadi sesuatu perhatian utama di perjalanan selanjutnya.

“Saya yakin infrastruktur kita punya tol dan lain lain sudah cukupbagus, yang lain juga demikian. Karenanya sudah saatnya kita kemudian beralih ke sisi-sisi yang lain, dan itu usulan kita ialah bagaimana SDM kita yang ialah modal dasar yang kita punya sangat luar umum ini bisa meningkat lagi dan itu kuncinya di pengajaran,” sebut ia.

Nasih tak menampik kebijakan pemerintah periode sekarang dalam meningkatkan mutu pengajaran ataupun menekan angka kemiskinan sudah sangat luar umum.

Melainkan, hasil yang ada selama ini sifatnya masih landai sehingga cita-cita untuk menghasilkan Indonesia emas pada tahun 2045 kemungkinan tak akan tercapai.

By admin7

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *