Surabaya – Puluhan kedai kuliner berjajar rapi di Jalan Genteng Besar malam itu. Berjenis-jenis kuliner tradisional sampai Korean Food menonjol siap dijajakan bagi para penikmatnya.
Wewangian asap sate putih pekat yang mengepul seolah coba menggoda tiap pejalan kaki yang melintas di Jalan Genteng Besar, Surabaya. Tak jarang, mereka yang tergiur datang dan makan di tempat.
Asnariya, salah satu pelaku UMKM mengatakan Jalan Genteng saat siang hari ialah lokasi parkir motor. Namun tiap malam disulap menjadi sbobet Pusat Wisata Masakan (SWK) Genteng Besar.
Sempurna ada 23 kedai atau stan yang berjajar siap menjajakan kuliner yang berbeda-beda. Sebab tiap kedai diwajibkan mesti memiliki spesialisasi kuliner sendiri-sendiri.
“Namun seandainya minuman masih boleh sama,” ujar Asnariya yang juga menjadi Ketua Paguyuban SWK Genteng Besar.
Para pelaku UMKM di SWK Genteng Besar ialah warga setempat yang masuk klasifikasi dari keluarga miskin (gamis). Mereka diberdayakan dengan usaha kuliner yang diinisiasi Lurah Genteng Besar sebelumnya, Nuriati.
Pemberdayaan ini diawali sejak pandemi COVID-19 merebak. Nuriati lalu berinisitif membuatkan usaha dan menyediakan rombong atau gerobak bantuan dari pemerintah setempat.
“Mulanya ya sepi banget, tapi lambat laun jadi ramai dan dilegalkan jadi SWK,” tutur Asna.
Para pelaku usaha kuliner ini lazimnya panen pada akhir pekan. Sebab, saat itu, orang-orang yang berdatangan ke Jalan Tunjungan, Surabaya kian ramai sampai dini hari.
Dalam semalam, para pedagang dapat meraup untung Rp 1 juta sampai Rp 2 juta pada akhir pekan saja. “Hari umum paling sepi rata-rata paling tak masih dapat dapat Rp 500 ribu,” kata Asna.
Satu-satunya kendala utama yang dihadapi para pelaku UMKM itu ialah hujan. Pasalnya, kedai-kedai di SWK Genteng Besar memang tak dilengkapi payung atau terop.
Seandainya telah turun hujan, dapat dipastikan omzet pedagang turun drastis. Untuk problem ini, lazimnya para pedagang tak dapat bertingkah apa-apa.
“Makanya aku berkeinginan ada yang perhatian dari pemerintah atau pihak lain ada bantuan,” terang Asna.
Yang menarik, hampir tiap kedai atau stan di SWK Genteng Besar telah menggunakan QRIS untuk pembayarannya. Layanan fasilitas QRIS ini diinisiasi BRI.
“Ya memang lebih mudah tak ribet atau susah-susah cari uang kembalian,” sebut Asna.
Diberitakan dari web legal BRI, sepanjang 2023 volume transaksi merchant QRIS BRI mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 400 persen. Dalam datanya, disebutkan jumlah merchant QRIS BRI telah menempuh 3,7 juta atau tumbuh 30 persen
Pada tahun ini, akuisisi merchant QRIS BRI diproyeksikan mengalami pertumbuhan 20 persen yoy dengan volume transaksi diproyeksikan tumbuh sekitar 18 persen yoy. Ini kian menggambarkan pemakaian QRIS kian diminati masyarakat sebab efektifitasnya.