Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki tidak mau pelaku UMKM skala mikro kian menjamur. Bukan tanpa alasan, lantaran kelas UMKM ikut serta mempengaruhi sektor penyediaan lapangan kerja.
Teten mengatakan, pengusaha UMKM kecil-kecilan kini kian bertebaran dengan banyaknya kios kelontong di trek. Menurut ia, itu kian memperketat persaingan di pasar UMKM.
Dia malah kerap keder jikalau situs judi bola menerima laporan kian banyaknya individu-individu yang beralih jadi pengusaha UMKM berskala mikro. Teten mengevaluasi beberapa diantaranya terpaksa jadi pengusaha kios sebab tuntutan ekonomi.
Aku juga kerap seumpama jikalau ketemu kepala dagang, wah pak Teten, UMKM di kami baik. Bagusnya mengapa pak? Nambah pak mikronya. Waduh. Aku bilang, jikalau nambah mikro artinya gagal menyediakan lapangan kerja yang lebih berkualitas,\\” ungkapnya.
\\”Justru kian sedikit yang mikro itu kian baik. Lebih terserap. Orang bikin usaha mikro itu bukan mau jadi entrepreneurs, tetapi enggak ada lapangan kerja akibatnya semestinya menghidupi keluarga, bikin lah kios. Jadi enggak melahirkan ekonomi baru. Jadi kue ekonominya enggak naik, elemen pembaginya makin banyak,\\” bebernya.
Lebih lanjut, Teten juga mengamini catatan Bank Dunia yang menyebut Indonesia semestinya bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas supaya bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
\\”Kenapa Bank Dunia mengusulkan ini, sebab hari ini mayoritas lapangan kerja, jikalau pakai hari ini kan 97 persen (penyedia lapangan kerja dari sektor UMKM),\\” imbuh ia.
Lapangan Kerja di UMKM
\\”Anggap saja data terkait kini 97 persen lapangan kerja di UMKM, 96 persen itu kan mikro. Mikro tuh apa, omset di bawah Rp 2 miliar, tidak produktif, lebih banyak skala ekonomi rumah tangga, informal. Dapat enggak 10 tahun lagi diganti dengan profesi yang lebih kuat, seumpama profesi di sektor industri. Belum tentu kan? Itu tantangannya,\\” tegasnya.
Oleh karenanya, ia tidak mau negara cuma menunggu investasi jumbo supaya penciptaan lapangan kerja kian meluas. Teten segera mendorong sektor UMKM bisa terindustrialisasi supaya bisa menjadikan imbas ekonomi lebih besar.
\\”Industrialisasi UMKM ini jadi penting. Sebab kita tidak bisa menunggu penciptaan lapangan kerja itu dengan hadirnya investasi besar, industri dari luar datang ke sini, rata-rata pertumbuhan kita cuman 5 persen, padahal idealnya 7 persen. Namun yang kita pikirkan, bagaimana mengindustrialisasikan UMKM,\\” tuturnya.
Teten Masduki: Nasib Indonesia Jadi Negara Maju Ditentukan 2 Pilpres
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, Indonesia cuma punya waktu tersisa 10 tahun lagi untuk mengejar misi jadi negara maju atau negara berpendapatan tinggi.
Dia segera mengibaratkan nasib Indonesia jadi negara maju akan ditetapkan dalam dua kesempatan pemilihan presiden (pilpres) berikutnya. Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan energi ekonomi besar dunia.
\\”Kaprah-kaprah jikalau dari pengalaman China, perlu 40 tahun jadi negara maju. Kita telah 30 tahun, kaprah-kaprah dua pilpres lagi bisa enggak jadi negara maju,\\” ujar Teten Masduki di Kantor Kemenkop UKM, Jakarta, Jumat (8/3/2024).
Sayangnya di pilpres kemarin enggak dibahas ini, bisa enggak 10 tahun lagi jikalau kita benchmark-nya China 40 tahun, berarti dua pilpres (lagi) lah,\\” sambung ia.
Teten menyebut pendapatan nasional bruto (GNI) negara maju berada di kisaran USD 13.200 per kapita. Sementara GNI Indonesia dikala ini masih di kisaran USD 4.500 per kapita.
\\”Catatan Bank Dunia menurut aku agak benar, sebab Indonesia itu kini kuncinya jikalau pendapatan per kapita dari USD 4.500 ke USD 13.200 per kapita semestinya menyediakan lapangan kerja yang berkualitas,\\” imbuhnya.